Apa Itu Waterfall?
Metode Waterfall adalah suatu proses perangkat lunak yang berurutan, dipandang sebagai terus mengalir ke bawah (seperti air terjun) melewati fase-fase perencanaan, pemodelan, implementasi, dan pengujian. Metode Waterfall juga memungkinkan pembuatan sistem dilakukan secara terstruktur dan sistematis (berurutan) sesuai dengan siklus pengembangan yang ada.
Metode Waterfall merupakan metode pengembangan perangkat lunak yang diperlukan dalam setiap perancangan sistem. Dengan metode yang tepat, pembuatan sistem aplikasi diharapkan berjalan efektif dan efisien serta memenuhi kualitas yang diinginkan oleh klien.
Metode Waterfall pun merupakan metode pengembangan perangkat lunak tertua sebab sifatnya yang natural. Metode Waterfall ini juga merupakan pendekatann SDLC paling awal yang digunakan untuk pengembangan perangkat lunak.
Secara umum, tahapan penggunaan model waterfall sama, namun biasanya memiliki istilah berbeda.
a. Tahapan Metode Waterfall Menurut Presman 2015
- Communication
- Planning
- Modeling
- Construction
- Deployment
b. Tahapan Metode Waterfall Menurut Sommervile 2011
- Requirements Definition
- System and Software Design
- Implementation and Unit Testing
- Integration and System testing
-Operation and Maintenance
c. Tahapan Metode Waterfall Secara Umum
- Requirement
-Design
- Implementation
- Verification
- Maintenance
1) Requirement Gathering and Analysis, mengumpulkan kebutuhan secara lengkap kemudian dianalisis dan didefinisikan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh program yang akan dibangun. Fase ini harus dikerjakan secara lengkap untuk bisa menghasilkan desain yang lengkap.
2) Desain, dalam tahap ini pengembang akan menghasilkan sebuah sistem secara keseluruhan dan menentukan alur perangkat lunak hingga algoritma yang detail.
3) Implementasi, adalah tahapan dimana seluruh desain diubah menjadi kode-kode program. Kode program ynag dihasilkan masih berupa modul-modul yang akan diintegrasikan menjadi sistem yang lengkap.
4) Integration & testing, di tahap ini dilakukan penggabungan modul-modul yang sudah dibuat dan dilakukan pengujian. Ini dilakukan untuk mengetahui apakah software yang dibuat telah sesuai dnegan desainnya dan fungsi pada software terdapat kesalahan atau tidak.
5) Verifikasi, adalah klien atau pengguna menguji apakah sistem tersebut telah sesuai dengan yang disetujui.
6) Operation & Maintenance, yaitu instalasi dan proses perbaikan sistem sesuai yang disetujui.
Manfaat Model Waterfall
Adalah pencerminan kepraktisan rekayasa yang bisa membuat kualitas software tetap terjaga. Jenis model yang bersifat lengkap sehingga proses pemeliharaannya lebih mudah.
Kelebihan Metode Waterfall
1. Rangkaian Kerja Jelas
Dengan metode waterfall tahapan pengembangan sistem menjadi jelas. Masing-masing anggota yang terdiri dari analis, desainer, programmer, tester, atau juga pemasaran memiliki tugas yang terdefinisi dengan baik. Setiap tim akan bekerja sesuai alur atau tahapan dalam metode ini, sehingga kesalahan-kesalahan bersifat teknis dapat ditekan seminimal mungkin.
2. Berkomitmen Pada Tujuan Akhir
Pada tahap awal klien dan tim analis bertemu untuk mendefinisikan detail kebutuhan dari software yang akan dibuat. Jika tahapan ini selesai, maka klien dan seluruh tim yang terlibat akan mengetahui gambaran atau tujuan akhir dari sistem yang dibuat.
Semua akan berkomitmen pada hasil akhir software. Tidak boleh ada perubahan di tengah proses baik itu oleh pihak developer ataupun klien. Semuanya harus sejalan dengan tujuan yang telah disepakati di awal.
3. Dokumentasi yang baik
Waterfall adalah pendekatan yang sangat metodis, setiap informasi akan tercatat, terdistribusikan dan dapat diakses dengan cepat oleh setiap anggota tim. Dokumentasi ini juga berguna ketika misal ada 1 atau beberapa anggota tim mundur dari proyek. Dengan dokumentasi yang baik maka anggota tim baru nantinya dapat lebih mudah beradaptasi dengan sistem dan prosedur yang ada.
4. Hemat Waktu dan Biaya
Hal yang biasanya menjadi penyebab molornya waktu penyerahan software adalah kebutuhan klien yang berubah-ubah dan banyaknya campur tangan klien ketika proses pengerjaan.
Dalam metode waterfall, klien tidak bisa leluasa mencampuri proses pembuatan software. Terlebih ketika sudah memasuki tahap programming. Klien harus mendefinisikan secara jelas kebutuhan di awal dan haru komitmen dengan hal tersebut. Dengan seperti itu pihak developer dapat membuat estimasi waktu dan juga biaya pengerjaan.
5. Cocok untuk Pembuatan Software Berskala Besar
Metode Waterfall dinilai cocok untuk pengerjaan software yang melibatkan banyak sumber daya manusia dan memiliki prosedur yang kompleks. Tetapi, ada juga ahli yang berpendapat bahwa metodologi waterfall lebih baik digunakan pada proyel skala kecil dengan pengerjaan waktu yang singkat.
Kekurangan Metode Waterfall
1. Membutuhkan Tim dan Manajemen yang Solid
Masing-masing divis tim bertanggung jawab untuk melakukan setiap tugasnya dengan baik. Jika satu tim gagal mengerjakan pekerjaannya, maka itu akan berdampak pada keseluruhan proyek. Tugas pertama pimpinan proyek adalah membentuk tim yang memiliki skill mumpuni dalam bidangnya masing-masing dan melakukan pengawasan pada setiap tahapan-tahapannya. Dalam metode waterfall kesalahan kecil bisa menjadi besar.
2. Kurang Fleksibel bagi Klien
Semua tim harus bekerja sesuai arahan dan tujuan yang ditetapkan di awal. Metode ini tidak mengakomodir perubahan-perubahan spesifikasi yang terjadi ketika proses telah berjalan. Dalam sebuah proyek terkadang klien ingin ikut mengeluarkan pendapat, merevisi ataupun mengklarifikasi pendapatnya. Dalam metode ini hal itu tidak dapat dilakukan kecuali di tahapan awal perancangan aplikasi.
3. Waktu Pembuatan Software Lebih Lama
Metode waterfall tidak memungkinkan seluruh tim bekerja secara bersamaan. Dengan seperti ini, pekerjaan akan menjadi lambat dan pembuatan software akan memakan waktu lebih lama dibandingkan metodologi pengembangan perangkat lunak lainnya.
4. Tak Bisa Melihat Gambar Sistem
Sistem baru akan terlihat ketika seluruh rangkaian telah berjalan. Klien bisa melihat aplikasi dalam bentuk real pada akhir tahapan.
5. Kenaikan Biaya dan Tanggal Rilis
Jika dalam tahap pengetesan terdapat konflik atau bug yang rumit, maka ini akan memakan waktu lama dan menyebabkan proyek menjadi molor. Belum lagi jika klien tidak puas dengan hasil kerjaan dan meminta revisi ulang sistem. Maka dari itu sedari awal diperlukan tim yang berkualitas dan berpengalaman serta manajemen tim yang baik agar setiap tugas terawasi dan bisa diprediksi setiap celah kesalahannya.
Contoh Implementasi Waterfall Model dalam Pengembangan Sistem Informasi Eksekutif Penduduk
Kebutuhan informasi menjadi sangat penting terutama dalam proses pengambilan keputusan. Salah satu cara yang dapat digunakan yaitu menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti sistem informasi. Sistem informasi sendiri memiliki berbagai macam diantaranya yaitu sistem informasi eksekutif yang banyak digunakan untuk menyajikan informasi kepada pihak eksekutif dalam mengambil keputusan atau kebijakan.
Seperti halnya yang terjadi di berbagai kecamatan saat ini kebutuhan informasi penduduk menjadi sangat penting mengingat dibutuhkan dalam pengambilan kebijakan bagi pemerintah. Untuk itu di dalam penelitian ini dibuat sebuah sistem informasi eksekutif penduduk guna membantu memetakan keadaan penduduk berdasarkan data kependudukan itu sendiri. Untuk menghasilkan sistem informasi eksekutif sesuai dengan kebutuhan eksekutif maka proses pengembangan digunakan waterfall model dengan lima tahapan pengembangan communcation, planning, modeling, construction, dan deployment. Hasil dari pengembangan berpa sistem informasi eksekutif yang dapat memberikan informasi secara visual kepada pihak terkait. Sistem informasi juga berjalan dengan baik yang dibuktikan dari hasil pengujian yang dilakukan.
Sumber
https://medium.com/@ersandibillah03/sdlc-waterfall-3a3c893be77b
https://ranahresearch.com/metode-waterfall/
https://salamadian.com/metode-waterfall/
http://journal-isi.org/index.php/isi/article/view/121
Komentar
Posting Komentar